Selasa, 12 Mei 2009
BANJIR
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kenali Penyebab Banjir
*
Curah hujan tinggi
*
Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
*
Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit.
*
Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
*
Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
*
Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir
*
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
*
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
*
Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
*
Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
*
Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
*
Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir
Di Tingkat Warga
*
Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
*
Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
*
Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir.
*
Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
*
Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
*
Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
*
Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
*
Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
*
Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
*
Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil.
Yang Harus Dilakukan Saat Banjir
*
Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,
*
Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
*
Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
*
Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
*
Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
*
Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
*
Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
*
Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
Kamis, 23 April 2009
TAGANA
Berdasarkan pendapat para pakar dan pengalaman empirik penanggulangan bencana di seluruh dunia, bahwa “ Penanggulangan Bencana adalah suatu proses yang tidak diketahui kapan mulainya dan kapan berakhirnya.” Opini yang demikian, tidak dapat disangkal oleh siapa pun maka dari itu proses penanggulangan bencana kadang-kadang masih dianggap sebagai pekerjaan dan kegiatan yang sia-sia karena tidak memiliki parameter yang jelas serta tidak terukur.
Opini-opini dan pemahaman yang demikian pada saat ini harus di kikis melalui cara yang cerdas dan menggunakan pendekatan keilmuan serta kegiatan yang bersifat nyata agar pemahaman tentang penanggulangan bencana dapat melekat dan melembaga menjadi bagian hidup masyarakat dan kita semua. Selanjutnya bagaimana mewujudkannya ? Upaya untuk mewujudkan hal tersebut antara lain dengan cara meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat melalui : Sosialisasi Pelatihan-pelatihan Mengorganisasi potensi dan sumber-sumber penanggulangan bencana, seperti personel, peralatan, barang bantuan dan lain-lain. Seluruh upaya peningkatan kapasitas kemampuan masyarakat dengan segala aspek maupun prosesnya adalah untuk mempersiapkan masyarakat agar lebih siap siaga menghadapi bencana yang akan datang. Jika kesiapsiagaan masyarakat sudah optimal, mereka diharapkan dapat melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana secara dini pada tahap pertama sebelum bantuan dari pihak lain datang. Untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat itulah, kehadiran profil semacam personel penanggulangan bencana terlatih berbasis masyarakat seperti TAGANA. Apa dan siapa sebenarnya TAGANA ? TAGANA pada hakekatnya adalah wadah berhimpun seluruh kekuatan komponen penanggulangan bencana berbasis masyarakat khususnya dari unsur generasi muda. Kata-kata Taruna memiliki arti generasi muda, dan Kata Siaga memiliki arti segala upaya kesiapsiagaan dalam kondisi apa pun dan kata Bencana adalah tantangan dan masalah yang harus diselesaikan. Pemerintah melalui Departemen Sosial RI ingin mengakomodir potensi masyarakat yang telah membentuk organisasi, satuan-satuan atau kelompok penanggulangan bencana yang selama ini telah ada di negara kita dengan berbagai nama dan atribut seperti dari Karang Taruna, Pecinta Alam, ORMAS, ORPOL, Organisasi Pemuda, Organisasi Profesi, Relawan dan lain-lain. Tujuan utama pemerintah untuk menyatukan mereka tidak bermaksud meniadakan organisasi induk yang sudah ada dalam berbuat untuk menolong sesama tetapi untuk menyatukan visi, misi dan tindakan dalam penanggulangan bencana dengan menyatukan pada satu Korps yaitu Korps Penanggulangan Bencana Indonesia dengan nama Taruna Siaga Bencana atau TAGANA. Jadi di waktu kini dan mendatang TAGANA akan menjadi perekat dan pemersatu seluruh komponen dari unsur penanggulangan bencana yang berasal dari berbagai organisasi dan kelompok. Untuk itu organisasi atau komponen apa pun yang terlibat dalam kebencanaan yang berasal dari unsur masyarakat di Indonesia sebaiknya tergabung dalam Korps yang sama yaitu TAGANA, sebab didalam TAGANA akan diberikan atribut yang sama, pengakuan berupa sertifikat, Nomor Induk Anggota dan Insentif serta aturan main yang sama di seluruh Indonesia sehingga eksistensinya diakui oleh negara. Untuk menjadi anggota TAGANA harus melalui proses pelatihan yang telah ditetapkan melalui kurikulum tertentu. Dukungan untuk pelatihan TAGANA dapat berasal dari APBN, APBD atau sumber lain yang tidak mengikat. Untuk itu diharapkan para Gubernur, Bupati, dan Walikota atau pihak-pihak lain yang memiliki potensi dan keinginan untuk pengembangan sumber daya manusia terhadap kebencanaan sebaiknya harus dapat mengalokasikan anggaran pelatihan, pembinaan dan operasional dari sumber-sumber tersebut tanpa ragu-ragu. Perekrutan anggota TAGANA melalui pelatihan tidak harus menunggu APBN Departemen Sosial RI, tetapi justru harus di pacu dari APBD atau sumber lain. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka pada tahun 2008 tidak hanya 40.000 orang tetapi dapat lebih banyak dari itu. Kemajemukan anggota TAGANA akan memperkuat persatuan dan kesatuan Bangsa. Untuk itu TAGANA harus dapat menjadi “Perekat Bangsa” di seluruh wilayah Indonesia.Eksistensi TAGANA pada waktu ini dan mendatang akan di pengaruhi oleh euforia, dinamika, paradigma tentang Penanggulangan Bencana yang saat ini sedang berkembang di Tanah air. Untuk itu TAGANA harus dapat melakukan adaptasi, dan dapat “memberi warna”. Secara Nasional dalam sistem Penanggulangan Bencana Nasional melalui peraturan per undang - undangan tentang Penanggulangan Bencana yang sebentar lagi akan diberlakukan secara efektif. Untuk itu semestinya sistem Penanggulangan Bencana Bidang Bantuan Sosial harus sudah lebih siap secara nasional karena: Saat ini telah terbangun sistem jaringan kerja nasional untuk Penanggulangan Bencana bidang Bantuan Sosial. Saat ini telah terbangun sistem jaringan informasi dan komunikasi untuk Penanggulangan Bencana Bidang Bantuan Sosial. Saat ini telah tersedianya personel terlatih untuk urusan-urusan khusus seperti: Urusan Posko Urusan TRC Urusan Logistik Urusan pelayanan sosial Urusan penyelamat dan pertolongan Saat ini telah tersedia jaringan logistik (logystic support system) di seluruh Indonesia untuk keperluan : Evakuasi Pencarian Sarana tempat penampungan sementara Perlengkapan keluarga Peralatan dapur umum dan keluarga Pakaian / sandang Gudang Untuk mendukung sistem Penanggulanggan Bencana bidang bantuan sosial, maka mulai tahun 2007 Depsos sudah memperluas jaringan ke tingkat kabupaten/ kota yang berpotensi sangat rawan bencana. Hal semacam itu akan terus di kembangkan ke seluruh Indonesia, termasuk persebaran anggota TAGANA. Berdasarkan data yang ada di Departemen Sosial RI hingga saat ini tercatat jumlah anggota TAGANA yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 19.541 orang di luar TAGANA yang telah dilatih melalui APBD Provinsi, APBD Kabupaten/ Kota dan sumber-sumber lainnya. Jika diakumulasi secara keseluruhan diperkirakan akan berjumlah kurang lebih sampai 30.000 orang di seluruh Indonesia. Ini adalah jumlah sangat spektakuler untuk ukuran organisasi berbasis masyarakat yang berumur relatif muda. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa kehadiran TAGANA diperlukan dan diterima oleh masyarakat.